ILMU BUDAYA DASAR
PERFILMAN
INDONESIA
CINTA
DAN BUDAYA
“TOBA DREAMS”
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakattuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas menonton film.
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
Kedua orang tua segenap keluarga besar , teman-teman, dan yang utama kepada
dosen kami dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah sebuah kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Depok, 16 Juni 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah
Film saat ini bukanlah menjadi hal baru dalam kehidupan masyarakat, dan juga
tidak hanya sebagai media hiburan saja melainkan sebagai media komunikasi
antara pembuat film dengan penontonnya. Di Indonesia, berbagai jenis film sudah
mulai merebak. Film pendek merupakan salah satu jenis film yang sedang tersorot
dalam beberapa tahun ini. Tidak kalah hebatnya dengan film maker profesional
pada umumnya, banyak generasi muda Indonesia, khususnya kota-kota besar sudah
mulai antusias dalam mencari, menyaksikan, bahkan membuat film pendek.
Dunia
perfilman khususnya film pendek Indonesia, memang patut diapresiasikan oleh
masyarakat lokal, karena film pendek merupakan bentuk kreasi para seniman dan
pecinta film yang menghargai kultur masyarakat Indonesia yang saat ini
cenderung suka dengan kultur instan. Bukti besar lagi, film pendek juga sebagai
bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia saat ini mampu berkarya untuk
memajukan dunia perfilman nasional melalui ajang festival yang diadakan oleh
lembaga dalam maupun luar negeri. Mereka kini sudah mulai berlomba untuk
bersaing dalam membuat dan mengikuti berbagai festival-festival film pendek
(Media Indonesia, 2008).
Tumbuhnya
minat menonton dan minat mencipta di klub-klub film amatir di beberapa SMU kini
sudah mulai menyaingi popularitas kegiatan 2 ekstrakurikuler olahraga dan
musik. Hadi Hartomo dalam Koran Tempo (2002) mengungkapkan, bahwa di beberapa
sekolah yang ia tahu, para pelajar memutar film yang telah mereka buat dan
memutarnya untuk dipertontonkan kepada pelajar lainnya. Hadi menambahkan bahwa,
“saat ini kita jangan bicara soal kualitas film pendek dulu pada para pelajar,
tetatpi utamakan semangat mereka”. Disatu sisi, film pendek mengalami kendala
dalam hal penonton. Kecenderungan penonton film pendek adalah orang-orang yang
hanya bergelut dalam dunia film pendek dan beberapa komunitas sekolah yang
memiliki ekstrakurikuler film.
Masyarakat
Indonesia secara luas masih sangat minim untuk mengetahui adanya film pendek
buatan anak bangsa. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya tempat-tempat
pemutaran film pendek yang dapat diketahui oleh masyarakat luas. Generasi muda
adalah penonton paling potensial untuk film Indonesia. Kegairahan menonton film
Indonesia dari kalangan generasi muda ini tentu menjadi sebuah peluang berharga
yang bisa dimanfaatkan film-film produksi berikutnya. Ini adalah pasar yang
besar, paling potensial dan menjanjikan. Film akan dengan gampang merebut
simpati dari pasar ini, jika ia mampu memenuhi keinginan para penontonnya.
Karena itulah, dalam pembuatan skripsi ini penulis berupaya ingin mengetahui
sejauh mana minat dewasa awal kota besar dalam menonton film pendek Indonesia
khususnya Jakarta.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS FILM
Judul : TOBA DREAMS
Produser : Rizaludin Kurniawan
Sutradara : Benni Setiawan
Pemain : Vino G Bastian, Mathias Muchus, Marsha Timothy, Jajang C. Noer, Ramon Y. Tungka, Ajil Ditto, Haykal Kamil, Tri Yudiman, Boris Bokir, Paloma Kasia,
Vinessa Inez, Jerio Jeffry,
Julian Kunto, Je'Sebastian,
Kodrat W. Saryo,
Fadhel Reyhan
B. SINOPSIS
/ ALUR CERITA
Film ini berlatar belakang tentang
kisah cinta yang terlalu mencintai.Cinta yang kadang tersesat dalam menemukan
kebenaran. Seperti sersan Tebe yang mendidik anak-anaknya layaknya pasukan
tempur karena cintanya yang luar biasa kepada mereka. Maka ketika Ronggur, anak
sulungnya menjadi pemberontak dalam keluarga, terjadilah konflik mendalam
antara ayah dan anak. Ronggur yang sesungguhnya mewarisi tabiat keras ayahnya
menemukan cinta dalam diri Andini, seorang wanita ningrat yg berbeda agama.
Film ini
adalah tentang mimpi sersan Tebe yang ingin hidup dengan tenang dan damai
mengandalkan uang pensiunan tentara dan memilih pulang untuk membangun kampung
halamannya. Tapi Ronggur menolak, ia ingin membuktikan bahwa selama ini ayahnya
salah memilih jalan hidup. Dengan penuh siasat Ronggur menjelma menjadi
pentolan mafia narkoba dan merebut Andini dari orangtuanya yang tak merestui
hubungan mereka.
Apakah pada
akhirnya setiap anak manusia sanggup menggapai mimpi dan merenangi takdirnya
dengan bahagia ? diantara gemerlapnya jakarta dan ketenangan danau
toba..sersan tebe, ronggur dan andini merajut drama perjalanan mereka. Di danau
Toba jualah MIMPI dan CINTA mereka bermula.
Alur cerita
keluarga yang dramatis dan sanggup membuat air mata berlinang di pipi, namun
tidak cengeng.
C. FILOSOFI FILM
Diangkat
dari sebuah novel dengan judul yang sama, film ini resmi tayang di seluruh
bioskop Indonesia pada tanggal 30 April 2015. Durasinya pun tak
tanggung-tanggung, 2 jam lebih atau 144 menit. Berikut review singkatnya. Film yang benar-benar seru. Bercerita dari
awal hingga akhir dengan alur naik turun. Sedih, senang, bangga dan terharu
adalah alur yang dimainkan dalam film ini. Saya suka sekali.
ToBa Dreams, film
garapan Benny Setiawan ini merupakan gubahan dari novel karya mantan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara di Kabinet Pembangunan VI semasa Presiden Soeharto, T.B. Silalahi.
Wajar bila seorang
ayah, apalagi keturunan suku Batak, mengharapkan anak laki-laki tertuanya
sebagai tumpuan. Sang penerus yang berkomitmen meningkatkan harkat dan martabat
bangsa.
Harapan inilah yang
mewarnai film ToBa Dreams.
Dikisahkan, harapan Sersan Tebe (Mathias Muchus) kepada sang anak tertua,
Ronggur (Vino G. Bastian). Sebagai pensiunan TNI AD, Tebe
mendidik Ronggur dengan menerapkan disiplin khas militer. Ia melakukan semua
ini demi kebaikan sang anak. Namun kadang kala niat baik orang tua
disalahartikan oleh si anak.
Kesalahpahaman
itulah yang menjadikan kehidupan Sersan Tebe dan Ronggu begitu dramatis.
Permasalahan keluarga yang agaknya juga dialami oleh kebanyakan orang.
Film ini diangkat
dari novel berjudul sama yang mengangkat permasalahan sebuah keluarga Batak.
Sedikit terkesan narsis, karena sebagian besar kisahnya memang menceritakan
pengalaman T.B. Silalahi sendiri. Terlepas dari
kenarsisan sang Opung T.B., Benny membuat film dengan kisah yang menyegarkan.
Alur cerita keluarga yang dramatis dan sanggup membuat air mata berlinang di
pipi, namun tidak cengeng. Sutradara
kaliber Piala Citra ini sukses membuat film yang sarat nasihat bijak, namun
tidak menggurui. Tetapi sanggup membuat penonton tertawa
dengan lelucon lugas khas Batak. Bila dari judul dan
cerita sangat identik dengan Batak, namun yang ditampilkan masih sangat relevan
bagi kondisi keluarga dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Nama besar Vino
Bila orang tidak memahami judul film
ini (termasuk novelnya), saya yakin, film ini tidak akan menarik perhatian.
Untungnya, nama besar Vino menjadi daya tarik tersendiri. Bagi mereka,
penggemar, dan yang pernah menonton film-filmnya pasti sudah paham, nih film
pasti terjamin kualitasnya.
Dan itu benar, karakter Vino tetap
dihidupkan sebagai pria yang urakan, pemberani, dan keras kepala. Sempat
berpikir karakter Vino yang berperan sebagai Ronggur akan hilang, mengingat
film ini sudah berjalan lebih dari 20 menit. Tapi untunglah, itu tidak
terbukti. Dan saya menikmati akting tersebut.
Indahnya Danau Toba
Film ini juga menjual sisi pariwisata
yang ada di Sumatra Utara. Danau Toba benar-benar dihadirkan dengan sangat
indah dan sudut pandang yang membuat saya yang belum pernah kesana jadi ingin
pergi kesana.
Saat ini memang film Indonesia
dibutuhkan untuk menjual sisi terbaik dari wisata daerah yang ada di Indonesia.
Film garapan Sutradara Benni Setiawan ini menurut saya berhasil melakukannya.
Bukan saja indahnya Danau Toba, sisi
budaya pun tak luput digarap untuk mengenalkan budaya yang ada. Saya suka unsur
pernikahan yang ada disana. Lainnya, penonton bisa melihat kreatif lokal yang
juga hadir, kampung yang ada disekitar dan pematang sawah, lengkap dengan para petaninya.
Sungguh indah Indonesiaku.
D. KOMENTAR
·
Judul film ini memberi kesan kurang menarik.
·
Jumlah penonton untuk jam tayang pertama kali sangat sedikit
dan bisa dihitung.
·
durasi yang memakan waktu hingga hampir tiga jam dirasa
masih terlalu lama untuk masyarakat awam.
·
Penonton disarankan membawa bekal camilan yang cukup.
·
Kurang memperlihatkan keindahan
dari sisi danau toba sendiri.
ini adalah tiket nonton film Toba Dreams sebagai bukti bahwa kelompok kami telah menyelasaikan tugas Ilmu Budaya Dasar.
BAB III
PENUTUP
1.1.
KESIMPULAN
Film ini menyelipkan nilai
moral dengan cara yang mudah dimengerti anak muda. Pergaulan Ronggu yang
digambarkan di film ini tidak asing bagi anak muda: gemar tawuran, kehidupan
malam, termasuk narkoba. Tipikal permasalahan yang lekat dengan kehidupan warga
kota besar.
Secara umum film ini
menyajikan gambar terbaik dari keindahan Danau Toba yang legendaris, termasuk
budaya Batak Toba yang masih asli.
Film ini dapat
dikategorikan sebagai film terpuji berkat nilai-nilai luhur yang disampaikan di
dalamnya namun dengan pengemasan yang tidak menggurui dan terkesan mendoktrin.
ToBa Dreams layak ditonton oleh anak-anak bangsa untuk memahami perbedaan, toleransi, kasih sayang dalam keluarga, visioner, serta cinta terhadap Nusa dan Bangsa.
Banyak pesan yang
disampaikan dari film ini. Khususnya soal Ayah dan anak. Pria-pria yang begitu
dicintai pasangannya, keluarganya dan mereka yang peduli. Semua benar-benar
mengena perasaan.
1.2. SARAN
Dapat lebih memperlihatkan keindahan
danau toba. Dapat kita ambil pelajaran dari film ini bahwa apa yang dilakukan
sang ayah semata mata demi kesuksesan masa depan hidup anaknya kelak. Setiap
orangtua tidak akan pernah membeda-bedakan anaknya, jadi kita sebagai anak
haruslah patuh kepada orangtua.
Komentar
Posting Komentar